Acara Media Gathering PAMA Group 2025, tidak hanya menjalin silaturami dengan awak media di Maratua. Namun, PAMA Group dengan media juga lakukan konservasi Tukik di Sangalaki, Kalimatan Timur (Kaltim), Rabu (25/6/2025). Acara ini dihadiri oleh lebih dari 85 peserta, yang terdiri dari 42 jurnalis (35 lokal dan 7 nasional), perwakilan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur, serta jajaran anak perusahaan PAMA Group.
Media Gathering tahun ini mengangkat tema, 'Together for Wildlife: Advancing Green Sustainability with PAMA'. Tema ini merefleksikan tekad PAMA dan anak perusahaannya dalam menjalin kolaborasi erat dengan media sekaligus memperkuat komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati.
Dalam sambutannya, Abdul Nasir Maksum, Direktur PT Pamapersada Nusantara, menekankan bahwa media memegang peranan penting dalam mendukung keberlanjutan industri tambang dan konservasi.
âKami percaya bahwa kolaborasi dengan media bukan hanya soal membangun citra, tetapi juga membangun masa depan. Melalui kemitraan ini, kami bisa bersama-sama menyuarakan isu keberlanjutan, termasuk perlindungan satwa liar, yang menjadi salah satu concern utama PAMA Group saat ini,â ucapnya.
Salah satu momen utama dalam acara ini adalah pelepasan Tukik (anak penyu hijau) di pantai Pulau Sangalaki. Pulau ini dikenal sebagai salah satu habitat penting penyu hijau (Chelonia mydas) di Asia Tenggara, namun kini menghadapi berbagai ancaman dari perubahan iklim, polusi laut, dan aktivitas manusia.
Dalam kegiatan ini, puluhan tukik dilepas langsung oleh peserta media gathering sebagai simbol kepedulian terhadap keberlangsungan spesies yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Maidi Irvan, CSR Dept Head PAMA, menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari program Wildlife Conservation yang telah dijalankan PAMA secara konsisten di berbagai wilayah operasional. âPelepasan tukik ini bukan hanya kegiatan simbolik, tapi menjadi bagian dari inisiatif berkelanjutan yang kami bangun bersama para mitra, termasuk BKSDA. Kami ingin menjadikan konservasi sebagai budaya dan akan menjadi sesuatu yang berkelanjutan (sustainable),â ujarnya.